Sebuah kisah nyata telah terjadi....
Hari itu adalah hari ulang tahun Ana yang ke duapuluh. Kakek dan nenek
Ana sibuk menyiapkan segalanya pada hari yang berbahagia itu. Dalam
keadaan demikian, hati Ana justru resah menantikan kedatangan pak pos.
Seperti yang terjadi pada setiap hari ulang tahunnya, mamanya yang
tersayang pasti akan mengirimkan surat dan ucapan selamat dari Amerika.
Dalam ingatan Ana, sejak dia masih kecil mama telah pergi bekerja di
Amerika. Begitu juga yang diceritakan kakek dan nenek kepadanya. Dalam
ingatannya yang telah memudar, dia masih mengingat dulu semasa kecil,
mama pernah menggendongnya dengan penuh kasih dan memandangnya dengan
sorotan mata lembut bagai cahya rembulan. Semua ini adalah bayangan yang
masih ada dalam benaknya, juga saat indah yang sering dimimpikannya.
Namun, semua ini hanya tampak bayang-bayang. Dalam hati Ana, amat
mengharapkan kepulangan mama, namun di sisi lain juga ada pertanyaan
yang tak terjawab,"Mengapa mama tega meninggalkan aku yang masih begitu
kecil untuk pergi jauh?" Dalam pemahamannya, mama gagal dalam pernikahan
dan meninggalkan suaminya yang tak bertanggung jawab. Sejak kecil, kala
merindukan mama, Ana selalu merengek dan memohon kepada kakek dan nenek
untuk membawanya ke Amerika berjumpa dengan mama tersayang. Kakek-nenek
selalu menjawab dengan wajah berbasuh air mata,"Mamamu sibuk bekerja di
Amerika, dia juga sangat merindukan Ana, namun dia tak bisa menemani
Ana. Maafkanlah mamamu, suatu hari nanti engkau akan mengerti semua
ini."
Dengan jantung berdetak kencang, Ana terus menantikan
kedatangan surat mama pada hari ulang tahunnya yang ke dua puluh ini.
Dia membuka kotak kesayangannya yang berisi kumpulan surat mama sejak
Ana kecil sampai hari ini. Dari tumpukan kertas surat yang telah
menguning diambil selembar surat dari mama. Ini adalah surat mama
untuknya saat Ana berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah. Mama
berpesan,"Ana sudah masuk sekolah ya, banyak teman menemanimu bermain.
Ana harus bergaul dengan baik, pakaian harus selalu dirapikan, rambut
juga diikat dengan rapi ya.." Sepucuk surat lain diambilnya, ini adalah
surat mama saat dia berusia enam belas tahun dan mulai masuk SMU. "Dalam
ujian belajarlah sepenuh hati, masa depan nanti harus mengandalkan
kemampuan yang didapatkan dengan penuh jerih payah. Dengan bekal ilmu
pengetahuan, Ana baru dapat berlaga di masyarakat," mama berpesan.
Dalam setiap pucuk surat, mama menyampaikan kasihnya yang tiada batas
kepada puteri tunggalnya. Semua surat mama ini merupakan kasih dan
motivasi terbesar bagi Ana selama pertumbuhannya belasan tahun ini.
Setiap malam sebelum tidur, saat Ana merindukan mama, dia selalu memeluk
kotak surat ini. Mama, di mana engkau berada? Apakah engkau memahami
kerinduan Ana dalam kesendirian di sini? Mengapa mama tak pernah datang
melihat Ana? Juga tak meninggalkan telepon dan alamat? Mama! Di mana
engkau berada? Dunia begitu luas, manusia begitu banyak, di mana aku
harus mencari mama?
Akhirnya datang juga pak pos mengantarkan
surat mama yang ke tujuh puluh dua kepada Ana. Seperti biasanya Ana
segera mengambil surat mama dan membukanya. Kakek dan nenek ikut berlari
di belakang Ana seperti akan ada kejutan yang terjadi. Surat ini tampak
lebih lusuh dan kuning dibandingkan surat-surat terdahulu, apa yang
terjadi? Tulisan mama dalam surat tak lagi jelas dan rapi. Dengan
tulisan yang sedikit berantakan mama menulis,"Ana, maafkan mama tak bisa
menghadiri ulang tahunmu yang ke dua puluh. Sebenarnya mama selalu
ingin hadir dalam hari ulang tahunmu setiap tahun. Namun, kalau saja Ana
tahu bahwa mama telah meninggaldunia karena kanker lambung sejak Ana
berusia tiga tahun, maka Ana pasti bisa memahami mengapa mama tak bisa
hadir menemanimu pada setiap hari ulang tahunmu..." "Ana maafkan mama
ya...! Ketika mama tahu bahwa hidup mama tak lama lagi, mama menatap
wajahmu yang lucu, mendengar suaramu yang jernih mulai belajar memanggil
mama...mama..., mama memelukmu erat-erat. Sungguh menyesal sekali, mama
tak bisa lagi melihat buah hati mama satu-satunya tumbuh dewasa. Inilah
hal yang paling mama sesalkan dalam hidup mama yang singkat." "Mama
tidak takut mati, tapi begitu teringat bahwa mama punya kewajiban untuk
mendidik dan membimbingmu hingga dewasa, hati mama bagai diiris sembilu.
Betapa mama ingin melihat engkau tumbuh dengan bahagia, namun apa daya
mama tak lagi memiliki kesempatan untuk itu. Akhirnya mama memikirkan
satu cara yaitu sebelum hidup mama berakhir, dari pagi hingga malam mama
membayangkan engkau tumbuh dari tahun ke tahun, mama membayangkan
masalah dan peristiwa yang akan engkau hadapi, kemudian dengan berbasuh
air mata mama mulai menulis lembar demi lembar surat untukmu. Tujuh
puluh dua lembar pesan dalam surat telah mama selesaikan dan mama
serahkan kepada pamanmu yang ada di Amerika. Mama berpesan kepadanya
untuk mengirimkan surat demi surat di saat-saat penting dalam hidupmu,
untuk menyampaikan isi hati dan harapan mama kepadamu. Walau roh mama
telah berpulang, namun dengan surat inilah hati mama bertaut dengan hati
Ana." "Saat ini...sambil menatap Ana yang sedang bermain dan merebut
surat yang sudah selesai mama tulis...air mata tiada henti mengalir, Ana
belum mengerti bahwa hidup mamamu tinggal beberapa hari, tidak mengerti
bahwa surat-surat ini akan Ana baca dalam jangkah waktu tujuh belas
tahun, satu demi satu menemani Ana tumbuh dewasa. Ana...betapa mama amat
menyayangimu, sungguh tak tega meninggalkan Ana sendirian di dunia ini.
Sekarang mama hanya bisa dengan sisa tenaga membayangkan Ana yang telah
dewasa, Ana yang telah berusia dua puluh tahun. Ana, ini surat mama
yang terakhir untukmu, mama tak kuat lagi untuk menulis, tapi kasih
sayang mama untukmu melampaui hidup-mati, hingga
selamanya...selamanya..."
Baca sampai di sini, Ana tak mampu
menahan gelora di hatinya, berbagai perasaan berkecamuk di hatinya. Ana
memeluk kakek dan nenek, menjerit dan menangis sekencang-kencangnya.
Surat mama jatuh dari genggaman Ana, sebuah foto yang telah menguning
jatuh dari lipatan surat. Dalam foto tampak sorotan mata mama yang penuh
kasih, terus menatap Ana yang sedang bermain bersama setumpukan surat.
Di balik surat tampak goresan pena mama yang telah memudar, tertulis:
Selamat ulang tahun Ana, tahun 1998.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
Minggu, 30 September 2012
,Kekuatan Sebuah Kasih
17.52
Unknown
0 komentar:
Posting Komentar