By: Muhamad Agus Syafii
Malam dingin udara terasa
menusuk. Air mata menetes, mengalir begitu saja. Mengingat kematian bisa
hadir kapan saja. Bahkan bila Allah menakdirkan detik ini kita
meninggal dunia, maka detik inipun kita meninggal dan kita tidak dapat
menolaknya. Kita tidak bisa berbuat apapun, sekalipun kita berlari
keujung dunia,
kematian tetap menjemput kita. Rumah tiba-tiba penuh
dengan tangisan. Anak-anak kita menangis. Pasangan hidup kita menangis.
Orang tua kita menangis. Teman kantor, kerabat, tetangga, mereka semua
menangis. Kita hanya bisa membisu, jasad kita dimandikan, dikafani,
kemudian disholatkan. Selesai sholat, tubuh kita dimasukkan keranda.
Diangkat dan digotong keliang lahat. Diringi isak tangis orang-orang
yang kita kasihi.
Tubuh kita diturunkan diliang lahat
seukuran tubuh kita. Dimiringkan ke arah kiblat. Ditutup dengan papan.
Tinggallah diri kita dalam kegelapan, sendirian dan kesepian. Tiada
seorangpun yang mau menemani diri kita. Bahkan orang paling mencintai
kita sekalipun pergi meninggalkan kita. Hanyalah amal kebaikan kita
selama hidup didunia yang menemani kita. Amal kebaikan itulah yang
menjadi bekal kita. "Apabila nafas seseorang telah mendesak sampai
dikerongkongan dan dikatakan kepadaNya. 'Siapakah yang dapat
menyembuhkanmu?' dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan dengan dunia telah tiba dan tautan betis kiri dan betis
kanan. kepada Tuhanmu-lah pada hari itu kamu dihalau."(QS. al-Qiyamaah :
26-30).
Ketika ajal menjemput, sudah siapkah kita?
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
agussyafii@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, http://www.twitter.com/agussyafii, http://agussyafii.blogspot.com/
Jumat, 27 Juli 2012
Ketika Ajal Menjemput, Sudah Siapkah Kita?


0 komentar:
Posting Komentar