Bismillahir-Rahmanir-Rahim
“Wahai
raja! Ambillah jenazahku dan jenazah Jabir al-Ansari (juga salah seorang
sahabat nabi) dari tepian sungai Tigris dan kemudian kuburkan kembali
di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air; kuburan
Jabir juga sedang dipenuhi oleh air.”
Mimpi yang sama terjadi
berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan tetapi raja Faisal I
tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada hal-hal lain yang
jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa urusan-urusan
kenegaraan. Pada malam ketiga Hudhaifa al-Yamani hadir dalam mimpi Mufti
Besar Iraq. Hudhaifa al-Yamani berkata dalam mimpi sang Mufti itu:
“Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk memindahkan
jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Beritahukanlah kepada
raja agar ia mau sedikit berempati untuk memindahkan kuburan-kuburan
kami.”
Lalu setelah mendiskusikan masalah ini, raja Faisal,
disertai oleh Perdana Menteri dan Mufti Besar bermaksud untuk
melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa Mufti Besar akan memberikan
fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri akan memberikan pernyataan
kepada pers supaya semua orang tahu tentang rencana besar ini. Kemudian
diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan dilangsungkan pada tanggal
10 Dzulhijjah setelah shalat Dzhuhur dan Ashar. Kuburan kedua sahabat
Nabi itu akan dibuka dan jenazahnya (atau mungkin kerangkanya) akan
dipindahkan ke tempat lain.
Karena pada waktu itu sedang musim
haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota Mekah. Mereka
meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama beberapa hari
agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri proses
ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar proses
ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji. Akhirnya
Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya hingga
tanggal 20 Dzulhijjah.
Setelah shalat Dzuhur dan Ashar, pada
tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 (Hijriah) atau tahun 1932 Masehi,
orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum
Muslimin melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota
Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifa al-Yamani dibuka
segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh
Hudzaifa al-Yamani diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat
hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat
segar itu dibaringkan di sebuah tandu. Kemudian Raja Faisal beserta
Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan
kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian
meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat
khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah
Al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara
yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.
Pemandangan yang sangat menakjubkan itu sekarang sedang dilihat oleh
banyak orang laki-laki dan perempuan, muda dan tua, miskin dan kaya,
Muslim dan Non-Muslim. Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang
kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh
bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap
kedepan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton
terperangah dan tak bisa menutup mulutnya.
Kebisuan mengharu biru ...
Mereka seolah tak percaya atas apa yang mereka saksikan pada hari itu.
Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka
yang juga tampak masih utuh dan baru; juga pakaian yang mereka kenakan
pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah
kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya
terbaring saja.
Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan
dikebumikan kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat
sejati nabi lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di SALMAN PARK
kurang lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad. Kejadian ajaib ini
sangat mengundang kekaguman para ilmuwan, kaum filsafat, dan para
dokter. Mereka yang biasanya sangat sering berkicau memberikan analisa
sesuai dengan bidangnya masing-masing, kali ini tertunduk bisu terkesima
dengan kejadian yang teramat langka.
Salah satu dari mereka
ialah seorang ahli fisiologis dari Jerman yang kelihatan sekali sangat
tertarik dengan fenomena ini. Ia sangat ingin melihat kondisi tubuh
jenazah kedua sahabat nabi itu yang pernah dikuburkan selama kurang
lebih 1300 tahun lamanya. Oleh karena itu, ia serta merta langsung
mendatangi Mufti Besar Iraq. Sesampainya ia di tempat dimana peristiwa
akbar itu terjadi, ia langsung memegang kedua tangan sang Mufti dengan
eratnya sambil berkata:
“BUKTI APALAGI YANG BISA LEBIH
MENGUATKAN BAHWA ISLAM ITU BENAR. AKU SEKARANG AKAN MASUK ISLAM DAN
TOLONG AJARI AKU TENTANG ISLAM”
Di hadapan orang banyak
beribu-ribu jumlahnya yang menyaksikan dirinya, dokter dari Jerman itu
menyatakan keIslamannya. Demi melihat itu banyak orang lainnya yang
beragama Kristen atau Yahudi turut juga menyatakan diri sebagai Muslim
pada saat itu karena mereka telah melihat bukti yang sangat nyata
dipampangkan di depan mereka. Ini bukan yang pertama dan terakhir. Masih
banyak lagi kaum Nasrani dan Yahudi serta dari agama lain yang
berbondong-bondong masuk Islam karena telah menyaksikan atau turut
mendengar kejadian aneh nan menakjubkan.
MARILAH KITA RENUNGKAN
KEMBALI KEJADIAN MENAKJUBKAN DI ATAS. KEJADIAN ITU BISA MEMBERI KITA
ILHAM DAN MEMBUKA MATA KITA SEHINGGA KITA LEBIH PEKA UNTUK MENGENALI
KEBENARAN.
Tulisan tersebut di atas dikutip dari sebuah suratkabar di Pakistan yang bertajuk “Daily Jung” edisi tanggal 7 Juni 1970.
Sekarang mari kita lihat 2 pribadi agung yang telah kita bicarakan pada kejadian di atas. Kita lihat siapakah mereka itu:
HUDZAIFA AL-YAMANI (RA):
Ia adalah seorang sahabat Nabi yang sangat dipercayai oleh Nabi. Ia
adalah juga sahabat Imam Ali bin Abi Thalib (sudah mafhum adanya kalau
ada orang yang dekat pada Rasulullah pastilah ia juga dekat dengan Imam
Ali). Ia juga termasuk kedalam kelompok orang yang ikut dalam proses
penguburan Bunda Fathimah Az-Zahra (Lihat: PUTRI NABI ITU DIMAKAMKAN
SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI). Banyak sekali peristiwa dalam sejarah yang
menunjukkan bahwa Hudzaifa al-Yamani itu adalah seorang sahabat
Rasulullah yang sangat setia. Hudzaifa al-Yamani bersedia dipanggil oleh
Rasulullah untuk berperang di dalam perang Khandaq (perang parit).
Waktu itu Rasulullah menawarkan surga kepada siapapun yang berani untuk
masuk ke wilayah musuh dalam tugas memata-matai kekuatan musuh. Itu
adalah pekerjaan yang sangat berbahaya akan tetapi Hudzaifa al-Yamani
bersedia melakukannya.
Hudzaifa juga dikenal orang sebagai “Si
Pemegang Rahasia”, karena Rasulullah telah memberikan nama-nama dan
ciri-ciri dari orang-orang yang munafik yang bermaksud untuk membunuh
Nabi pada perjalanan pulang sekembalinya dari perang Tabuk. Akan tetapi
Rasulullah memintanya untuk tidak membocorkan rahasia itu.
Hudzaifa al-Yamani pernah ditunjuk sebagai gubernur kota Madain (sebuah
tempat di dekat kota Baghdad, Iraq) pada masa rezim Umar bin Khattab dan
ia tetap menjalankan tugasnya hingga Imam Ali bin Abi Thalib ditunjuk
umat untuk menjadi Khalifah sepeninggal Umar bin Khattab yang tewas di
tangan seorang Yahudi. Imam Ali mengirimkan sepucuk surat kepada para
penduduk kota Madain memberitahu mereka bahwa sekarang yang menjadi
khalifah adalah Imam Ali sekaligus mengukuhkan posisi Hudzaifa sebagai
gubernur kota Madain untuk melanjutkan tugasnya di sana. Hudzaifah
al-Yamani meninggal dunia sebelum terjadi Perang Jamal (perang saudara
antara para sahabat Nabi dalam dua kubu yaitu kubu Imam Ali bin Abi
Thalib di satu sisi; dan kubu ‘Aisyah binti Abu Bakar di sisi lainnya)
pada tahun 36H. Hudzaifa al-Yamani dikebumikan di kota Madain.
JABIR BIN ABDULLAH AL-ANSARI (RA):
Jabir bin Abdullah al-Ansari (RA) juga adalah seorang sahabat Nabi yang
utama dan mulia diantara para sahabat nabi lainnya. Jabir bin Abdullah
al-Ansari selalu berada di front terdepan dalam kurang lebih 18
peperangan yang ia ikuti untuk membela Islam. Jabir bin Abdullah
al-Ansari diberkahi umur yang cukup panjang sehingga ia masih hidup pada
jaman Imam Muhammad al-Baqir dan puteranya yaitu Imam Ja’far as-Sadiq.
Tentang Jabir, Imam Ja’far as-Sadiq pernah berkata:
“Jabir bin Abdullah al-Ansari adalah sahabat Rasulullah satu-satunya yang tersisa”
Jabir bin Abdullah al-Ansari demi mendengar bahwa Imam Husein telah
syahid dibantai oleh tentara Yazid; dan sekarang para sahabat serta
keluarganya yang tersisa sekarang sedang dipermalukan, ditawan dan
diarak di jalanan; segera saja Jabir —yang sudah sangat renta— bergegas
menuju Karbala dengan sepasukan kecil terdiri dari para sahabatnya dan
pengikutnya yang setia. Sesampainya di sana Jabir hanya menemukan
potongan-potongan tubuh keluarga suci Rasulullah beserta para pengikut
setianya berserakan berlumuran darah. Jabir jugalah (beserta pasukan
kecilnya) yang memunguti potongan tubuh itu satu persatu dan menguburkan
potongan jenazah para syuhada itu di sana. Jabir bin Abdullah al-Ansari
jugalah yang menjadi orang pertama yang berziarah di pemakaman Karbala
dimana Para Syuhada Karbala dikebumikan dan ia jugalah yang sebelumnya
melangsungkan upacara penguburan atasnya.
Dikabarkan bahwa dulu
Rasulullah (saaw) pernah berwasiat kepada Jabir bin Abdullah al-Ansari
bahwa ia akan hidup lama dan berusia panjang hingga akhirnya ia bisa
menemui seseorang bernama Muhammad al-Baqir yang rupanya dan akhlaknya
sangat mirip dengan Rasulullah (karena memang ia keturunan Rasulullah
dari Bunda Fathimah az-Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib). Rasulullah
meminta kepada Jabir bin Abdullah al-Ansari untuk menyampaikan salamnya
(pada cicitnya itu).
Sepanjang hidupnya Jabir bin Abdullah
al-Ansari tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan Imam Muhammad
al-Baqir (as). Hingga akhirnya hari yang dinantikan itu datang juga.
Ketika bertemu dengan orang yang dimaksud, Jabir sangat gembira sekali
dan memeluk erat sang Imam sambil mengatakan bahwa Rasulullah telah
menitipkan salam untuk sang Imam.
Jabir bin Abdullah al-Ansari
tidak berusia lama lagi setelah pertemuan dengan Imam Muhammad al-Baqir
itu. Ia sempat ditawan oleh Hajjaj bin Yusuf dan dilaporkan bahwa timah
cair yang panas sekali disiramkan ke atas kedua tangan sucinya oleh
penguasa kejam bernama Hajjaj bin Yusuf itu. Jabir bin Abdullah
al-Ansari dilaporkan meninggal pada usia 94 tahun dan dikebumikan di
kota Madain.
Marilah kita sampaikan bacaan Al-Fathihah untuk
mereka berdua; kedua murid cerdas dari baginda Rasulullah yang mulia.
Marilah kita mengingat selalu setiap sumbangsih dan jasanya terhadap
Islam dan do’akan mereka yang terbaik dan sekaligus memohon kepada Allah
agar kita bisa diberikan kekuatan untuk mengikuti jejak langkah
keduanya dalam membela Islam yang benar.
Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
Rabu, 03 Oktober 2012
Jenazah 2 Sahabat Nabi saw Utuh Setelah Ratusan Tahun Dikebumikan
06.51
Unknown
0 komentar:
Posting Komentar