skip to main |
skip to sidebar
08.34
Unknown
SAYYIDUL ISTIGHFAR
Bismillahir Rahmanir Rahiim
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي,
وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ,
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ,
وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ
اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
(Allahumma Anta Robbi, Laa Ilaaha
Illa Anta, Kholaqtani wa ana abduKa, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika
mastatho’tu, Audzubika min syarri maa shona’tu, Abu’u laka bi ni’matiKa
‘alaiyya wa abu’u laKa bidzanbi faghfirlii fainnahu laa yaghfiru
dzunuuba illa Anta )
”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada
sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang
aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu (yaitu selalu
menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan
amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari
segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu
terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku,
sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.
Kapan membacanya?
Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya
kemudian dia mati pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk
penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam
keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka dia
termasuk penduduk syurga.” (HR. Al-Bukhari – Fathul Baari 11/97)
Kandungan maknanya?
Ini adalah doa agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan
diri kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan kembali menghadap kepada-Nya.
Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar
(penghulu istighfar), yang demikian itu karena melebihi seluruh bentuk
istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.
Diantara makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi dikalangan mereka.
Keutamaan doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah :
- Nabi Shallalahu ‘alahi wasallam mengawalinya dengan pujian kepada
Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah sebagai makhluk
ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan bahwa Allah adalah Al
Ma’buud (sesembahan) yang haq dan tidak ada sesembahan yang haq
selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi dan ini
merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah.
- Pernyataannya bahwa
ia senantiasa tegak diatas janji dan kokoh diatas ikatan berupa iman
kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan rasul-Nya. Menjalankan
segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya
sesuai kemampuan dan kesanggupannya.
- Kemudian dia berlindung
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alaa dari seluruh kejelekan apa yang telah
dia perbuat, baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan
baginya yaitu mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa. Dalam
hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menisbatkan keburukan
kepada diri beliau sendiri, bukan kepada Allah Ta’alaa dan ini merupakan
bentuk cara beradab kepada Allah, meskipun kita yakin bahwa segala
sesuatu baik yang baik maupun yang buruk semuanya berasal dari Allah dan
karena takdirNya.
- Kemudian ia mengakui akan nikmat Allah
yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serta pemberian -Nya yang
tiada pernah berhenti.
- Dan dia mengakui atas dosa-dosanya,
sehingga iapun lantas memohon ampunan kepada Allah Suhhanahu wa Ta’ala
dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tidak ada yang bisa
mengampuni segala dosa kecuali Allah Suhhanahu wa Ta’ala.
Ini
adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Kerana itu ia
menjadi seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan
paling luas kandungan maknanya yang mesti akan mendatangkan ampunan bagi
dosa-dosa.
Hanyalah yang mengucapkan doa ini dan menjaganya
yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta ganjaran besar
ini, karena ia telah membuka harinya dan menutupnya dengan penetapan
Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Ululhiyyah-Nya. Dan pengakuan
dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap
anugerah dan nikmat Allah. Pengakuannya dan kesadarannya akan
kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat
yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah
dihadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Ini semua
merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan
tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan
menjaganya mendapat maaf dan ampunan, terbebas dari neraka dan masuk
syurga.
Wallahu a’lam bisshowab.
Yuuk sahabat fillah
kita hapalkan dan amalkan secara Istiqomah, Kita memohon kepada Allah
Yang Maha Mulia keutamaan dan anugerah-Nya.
Subhanallahi wabihamdihi
Subhanallahil' adziim
*Semoga Bermanfaat*
(Lihat kitab Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar II/17-20. As Syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al Badr. )
http://www.facebook.com/MutiaraAirMataMuslimah/posts/493041777387295
0 komentar:
Posting Komentar