Kamis, 31 Mei 2012

Jodoh, Problem Dan Kebahagiaan


Kehidupan bagaikan mengarungi bahtera di tengah samudera luas. Lautan seperti tak bertepi, dan medan hamparan kehidupan sering tiba-tiba berubah. Memasuki lembaran baru hidup berkeluarga biasanya dipandang sebagai pintu kebahagiaan. Segala macam harapan kebahagiaan ditumpahkan pada lembaga keluarga. Akan tetapi setelah periode impian indah terlampaui orang harus menghadapi realita kehidupan. Sunnah kehidupan ternyata adalah problem Kehidupan kita, tak terkecuali dalam lingkup keluarga adalah
problem, problem sepanjang masa. Tidak ada seorangpun yang hidupnya terbebas dari problem, tetapi ukuran keberhasilan hidup justeru terletak pada kemampuan seseorang mengatasi problem. Sebaik-baik mukmin adalah orang yang selalu diuji tetapi lulus terus, khiyar al mu'min mufattanun tawwabun.(hadis). Problem itu sendiri juga merupakan ujian dari Allah, siapa diantara ,mereka yang berfikir positif, sehingga dari problem itu justeru lahir nilai kebaikan, liyabluwakum ayyukum ahsanu amala (Q/67:2) liyabluwakum fi ma a ta kum (Q/6:165)


Menurut hadis Nabi, menemukan jodoh yang cocok (saleh/salihah) dalam hidup berumah tangga berarti sudah meraih separoh urusan agama, separoh yang lain tersebar di berbagai bidang kehidupan. Hadis ini mengambarkan bahwa rumah tangga itu serius dan strategis. Kekeliruan orientasi, keliru jalan masuk, keliru persepsi, keliru problem solving dalam hidup rumah tangga akan membawa implikasi yang sangat luas. Oleh karena itu problem hidup berumah tanga adalah problem sepanjang zaman, dari sejak problem penyesuaian diri, problem aktualisasi diri, nanti meluas ke problem anak, problem mantu, cucu dan bahkan tak jarang suami isteri yang sudah berusia di atas 60 masih juga disibukkan oleh problem komunikasi suami isteri, hingga kakek dan nenek itu bisa meraih kebahagiaan.

Makna bahagia di dalam keluarga berkaitan dengan tingkat problem yang dihadapinya. Kebahagiaan sesungguhnya dalam kehidupan keluarga bukan ketika akad nikah, bukan pula ketika bulan madu, tetapi ketika pasangan itu telah membuktikan mampu mengarungi samudera kehidupan hingga ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh orang sangat menderita ketika di ujung umurnya menyaksikan anak-anak dan cucu-cucunya nya sengsara dan hidup susah, meski perjalanan bahtera rumah tangganya penuh dengan kisah keberhasilan. Kebahagiaan di dalam keluarga hadir setelah kita mampu mengatasi problem sepanjang kehidupan rumah tangga. Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga (1) isteri/suami yang setia (2) anak-anak yang berbakti (3) lingkungan sosial yang sehat dan (4) rizkinya dekat. Kesetiaan membuat hati tenang dan bangga, anak-anak yang berbakti menjadikannya sebagai buah hati, lingkungan sosial yang sehat menghilangkan rasa khawatir dan rizki yang dekat merangsang optimisme, idealisme dan kegigihan.


----
Sahabatku, aminkan doa ini agar keluarga harmonis, tenteram, rukun dan bahagia hingga akhir hayat. "Allahumma inni as’aluka hubbaka wahuba man yuhibbuka wal ‘amalal ladzi yuballing-huni hubbaka allahummaj’al hubbaka ahabab ilayya min nafsi, wa ahli minal ma-il barid. "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu untuk tetap mencintaiMu dan orang yang Engkau cintai, serta dapat menyampaikan kepadaku untuk tetap mencintaiMu. Ya Allah, berkenanlah kiranya Engkau menjadikan cinta kepadaMu melebihi cintaku terhadap diriku sendiri, keluargaku, dan dari air yang sejuk.”

Wassalam,

By: Muhamad Agus Syafii

http://agussyafii.blogspot.com/

 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger